Perjalanan Kurang Mikir

Halo, blogg-o-splittidoo!

Kali ini Hany mau cerita tentang pengalaman solo trip ke Semarang hampir setahun yang lalu. Jangan tanya kenapa lama banget tulisan ini dibuat.

Hany memang sudah lama mau jalan-jalan eksplorasi dunia sendiri, tapi selalu berakhir dengan pertanyaan-pertanyaan kayak gini, Memangnya berani? Nggak takut jadi sasaran human trafficking? Kalau dihipnotis di jalan terus tiba-tiba lupa ingatan? Kalau laptopnya dicuri orang di kereta gimana? Kan ada draft tugas akhir! Walaupun baru dua bab, tetep aja! Pada akhirnya nekat dan memantapkan tekad. Pokoknya sebelum umur 20 tahun harus pernah seenggaknya sekali melakukan solo trip.

Selanjutnya menentukan destinasi. Hmm, makin bingung. Budget yang tipis sekaligus minimnya pengalaman membuat saya memutuskan ke kota yang dekat-dekat aja. Dipilihlah Semarang sebagai destinasi solo trip pertama. Sangat excited!

Sebetulnya saya sangat kurang persiapan buat solo trip ini. Keputusan untuk pergi ke Semarang pun hanya dipikir tidak sampai 15 menit. Sehabis membulatkan tekad, langsung buka web Traveloka, pesan tiket kereta, lalu diam seketika. Disana mau kemana ya? Lho, bingung.

Pertama Hany menghubungi teman yang kuliah di Semarang, alias Alip, my lovely friend, untuk menumpang tidur selama tiga malam. Alip sangat baik dan langsung mengizinkan untuk numpang bobok. Hwaa, senang kan bisa menghemat. Soal akomodasi sudah beres lah ya. Sebenarnya masih ada sekitar 3 hari sebelum keberangkatan, tapi Hany nggak sempet (alias males) bikin itinerary. Akhirnya baru buat itinerary di kereta (padahal ini juga cuma list tempat yang mau dikunjungi). Jangan ditiru ya.

Dengan modal nekat dan uang secukupnya, akhirnya berangkatlah saya menempuh Perjalanan Kurang Mikir. Solo trip pertama yang isinya benar-benar kurang dipikirin. Kalau kamu mau cari tulisan informatif jangan lanjut baca ya, ini isinya hanyalah kekurangmikiran saya, sisi impulsif dan nekat yang patut diingat, hehe. Pokoknya, tujuan dari perjalanan ini adalah untuk isi ulang baterai tubuh yang sudah lelah di tampar semester akhir. Saya mau keluar dari rutinitas, mau lihat sesuatu yang belum pernah saya lihat, melewati jalan yang belum pernah saya lewati.


Day 1 - Hari Jum'at
Kereta yang saya naiki adalah Ciremai 69 kelas bisnis. Terpaksa naik bisnis karena sudah habis tiket ekonominya, huhu. Jam 6.15 berangkat dari Stasiun Bandung dan sampai di Stasiun Semarang Tawang jam 13.45. Perjalanan kurang lebih selama 7 jam sama sekali tidak melelahkan, entah kenapa.

Sesampainya di Semarang sindrom Bule Bandung mulai menyerang. Panas banget!  Hany udah ngira bakal panas sih, tapi ini panasnya luar biasa kawan-kawan. Wajib banget pakai sunblock kalau tidak mau kulitnya terbakar.

Destinasi pertama saya adalah Masjid Agung Jawa Tengah. Dari hasil googling, saya menemukan bahwa sebenarnya untuk menuju ke sana bisa menggunakan Trans Semarang, semacam Busway kalau di Jakarta. Awalnya saya beneran naik Trans Semarang. Sampai akhirnya saya turun di halte yang disarankan oleh Google untuk transit, dan.. terdampar. Benar-benar nggak ada Trans Semarang lagi yang lewat dan mau ngangkut. Selama setengah jam duduk di halte yang terlihat tak terurus di bagian Semarang-entah-dimana, saya mulai menarik perhatian kaum Adam yang ada disekitar. Tempatnya kayak di kawasan industri gitu, sepi orang lewat dan banyak truk (dan supir-supirnya). Karena sudah merasa tidak aman, akhirnya saya mengeluarkan senjata ampuh: Go-JEK. Saya langsung pesan dengan tujuan ke Masjid Agung, untungnya ada voucher jadi tidak terlalu mahal.

Pelajaran #1: Tanya kondektur sebelum turun dari angkutan umum dan liat kondisi dari haltenya. Hindari tempat-tempat sepi ya!!! Sebenarnya ini pelajaran yang sangat umum, tapi karena kurang mikir, jadi yah.. begitulah.

Ohiya, saya memilih Masjid Agung semata-mata karena (katanya) kalau hari Jum'at payungnya dibuka, jadi kayak di Masjid Nabawi. Eh, ternyata nggak. Pas sampai disana payungnya tertutup. Sedih sih, tapi terobati kok. Masjidnya tetap megah dan indah. Mulai dari bentuk bangunan, sampai pilar-pilar yang ada ternyata memiliki makna tersendiri. Seperti contohnya, 25 pilar yang ada dipelataran masjid yang menggambarkan 25 Nabi dan Rasul. Sangat disarankan pakai kaos kaki kalau mau jalan dari batas suci ke dalam masjid apalagi kalau sedang panas terik. Lantainya seperti panggangan kebab. Di dalam masjid juga bisa dilihat Al-Quran raksasa sebesar 145 x 95 cm. Masjidnya adem, jadi cocok untuk singgah berlama-lama.

Saya juga naik ke menara Al-Husna. yang ada di dekat Masjid. Bayar 7.500 untuk naik ke lantai atas. Selain bisa melihat Masjid Agung Jawa Tengah dari ketinggian, kita juga bisa melihat Semarang dari ketinggian. Sangat menenangkan hati dan cukup menegangkan. Apalagi kalau mau coba foto pemandangan yang bagus  harus mengeluarkan handphone/kamera dari jeruji karena kadang jerujinya menghalangi untuk dapat angle bagus, hem.. menegangkan.

Dari menara ini kita bisa melihat semarang dari sudut manapun. Makanya kalau cuaca sedang bagus, langit Semarang pas sunset itu nggak boleh kelewatan untuk difoto dari menara ini. Sayangnya, Hany sudah keburu pulang pas langitnya berubah jadi warna pink-orange-ungu. Ohiya, di lantai 2 dan 3 terdapat museum sejarah perkembangan islam. Tapi Hany nggak masuk, karena sudah sepi, dan takut sendirian karena gelap. Di komplek Masjid tapi tetep aja ya takut setan. Jangan dicontoh ya, teman-teman.
Hari pertama pun selesai. Hany langsung pulang ke kos Alip karena mau taruh tas dulu. Ternyata eh ternyata, jauh banget dari Masjid Agung Jawa Tengah ke kosnya Alip yang berada di daerah Tembalang. Pas sampai kosan sudah jam 6 sore. Saya memutuskan untuk tidak pergi-pergi lagi. Pemikiran pertama yang benar selama perjalanan ini. Malam hari Alip ngajak makan bareng-bareng anak SMANSA Undip karena mereka mau ada kumpul di Richeese Factory. Jauh banget ternyata, kira-kira 12 km dari kosan. Wah, kalau di Bandung 7 km itu dianggap jauh banget. Mungkin karena Hany terbiasa kemana-mana deket dari kosan kali ya. PHD sama Domino Pizza aja nggak sampai 300 meter dari kosan. Tapi, perjalanan nggak bakal melewati satu jam walaupun jaraknya lumayan jauh. Semarang benar-benar jarang macet, dan yang Hany suka adalah, jalanan nya lebar-lebar.

Day 2 - Sabtu
Petualangan sendiri baru dimulai. Saya mulai perjalanan dengan sarapan di Burjo dengan memesan menu yang biasa dipesan anak kosan, yaitu 'Telor orak-arik'. Destinasi pertama yang ingin dikunjungi adalah Pagoda Vihara Buddhagaya Watugong. Dengan berbekal google maps, berangkatlah saya sendiri dengan motor Alip. FYI, Hany udah lama banget nggak naik motor jarak jauh. The adrenaline was insane! Seru banget!! Rasanya berpetualang sendiri di kota yang asing, bener-bener nggak tau apa-apa, sambil lihat-lihat dan mencoba seeps in the vibe itu, wah, seru parah..

Sampai deh saya di Vihara Buddhagaya Watugong. Agak menyesal sih saya baru datang dua hari setelah Waisak. Mungkin kalau datangnya pas hari raya, bakalan ada perayaan yang saya belum pernah lihat. Sayangnya lagi, disana sedang sepi, jadi saya tidak bisa tanya-tanya tentang hal-hal yang saya lihat. Kalau mau tahu lebih lanjut tentang apa saja hal-hal menarik yang ada di Vihara Buddhagaya Watugong serta makna dari hal-hal tersebut, bisa baca di artikel ini.

Waktu itu, karena habis waisak jadi ada kain merah bertuliskan keinginan yang digantung di atas pohon. Setelah googling, ternyata pohon tersebut bernama Pohon Bondhi yang merupakan pohon suci tempat pertapa Sidharta mencapai pencerahan tertinggi menjadi Buddha di Bodhgaya, India. Pohon yang ada di Vihara Buddhagaya Watugong ini merupakan pohon yang dicangkok langsung dari Pohon Bondhi di Anuradha Vihara Srilanka, India. Dari banyaknya permohonan yang dituliskan diatas kain-kain itu, saya mengambil kesimpulan bahwa sebenarnya keinginan manusia itu mirip-mirip. Jodoh, kesehatan, rezeki. Walaupun kata-katanya berbeda, tapi maknanya tetap sama. Ada satu permohonan yang saya ingat jelas, permohonan yang berbunyi, "All creatures to live in harmony and peace". Waktu itu sedang ramai-ramainya kasus Ahok, makin bermakna deh permintaannya. Makasih ya, stranger, sudah mendoakan saya. Seneng juga rasanya tau dido'ain sama orang, hehe.
Lanjut ke destinasi kedua, Sam Poo Kong. Perjalanan menembus satu jam waktu itu. Karena tempatnya memang jauh dan saya harus selalu berhenti setiap beberapa kilometer untuk cek Google Maps, haha. Setelah sampai sana, ternyata sedang sepi. Padahal saya berharap ada pertunjukan sesuatu gitu.. hem.

Pelajaran #2: Please do minimal research! (karena ini perjalanan kurang mikir jadinya dimaafkan, hehe) 

Daripada kecewa, akhirnya saya memutuskan untuk masuk ke dalam area klenteng. Ohiya, untuk masuk ke pelataran Sam Poo Kong ini dikenakan biaya sebesar 5.000 rupiah dan untuk masuk ke area klenteng juga dikenakan biaya sendiri, kalau tidak salah 20.000 rupiah. Yang menarik disini, ternyata Sam Poo Kong ini merupakan klenteng yang dijadikan tempat persinggahan Cheng Ho, laksamana dari China yang ternyata seorang muslim. Ternyata, dulu ketika Cheng Ho pertama kali datang di Semarang, Sam Poo Kong didirikan sebagai sebuah masjid yang juga dipakai untuk menyebarkan agama Islam. WOWFAKTA.com kan? Sekarang, Sam Poo Kong sudah beralih menjadi Klenteng, menurut artikel yang saya baca, hal ini dikarenakan awak kapal Cheng Ho banyak yang menikah dengan pribumi dan menghasilkan keturunan yang menganut agama Kong Hu Cu. Di dalam area klenteng, terdapat ukiran pada dinding yang menggambarkan kedatangan Cheng Ho ke Semarang. Terdapat juga gua yang merupakan tempat persinggahan Cheng Ho, yang sekarang digunakan sebagai tempat ibadah. Bagi yang tidak ingin beribadah dilarang masuk ke dalam gua maupun klenteng. Khas Indonesia banget ya, akulturasi antar budaya.

Setelah melihat-lihat ke dalam area klenteng, saya istirahat dulu dibawah pohon rindang sebelum melanjutkan perjalanan karena SUMPAH panas banget. Nggak berani naik motor karena takut gosong. Pas nunggu, eh ada pertunjukan barongsai dari anak-anak kecil. Seru!

Setelah sudah banyak awan, saya mulai perjalanan ke destinasi ke-3, Kota Lama Semarang. Tujuan saya kesini murni karena penasaran pengen lihat-lihat dan mau foto-foto. Daerah Kota Lama kental dengan arsitektur Belanda. Sampai disana, saya langsung keliling-keliling. Kebetulan sedang ada pameran karya seni gratis di gedung depan taman. Terus saya masuk deh, liat-liat dan sok-sok ngerti makna dari setiap lukisan. Taukan, muka-muka "Hooo gitu, hoo', padahal nggak ngerti. Tapi, ada satu lukisan yang menarik perhatian. Lukisan yang ada QR Code diatasnya. Tapi pas saya scan nggak bisa sih, HAHA.
Setelah itu saya berkeliling, berkeliling, berkeliling, kemudian memutuskan untuk nongkrong di sebuah kafe yang sudah menarik perhatian saya sejak tadi. Ditambah lagi, tiba-tiba saya pengen ngerjain tugas akhir. COBA. Udah jauh-jauh main ke Semarang, bayang-bayang tugas akhir nggak bisa lepas juga. Gila sih. Tapi ya, akhirnya ngerjain TA nya cuma setengah jam. Sisanya foto-foto dan bengong. Jangan geregetan ya, kan udah dibilang diawal ini perjalanan kurang mikir.

SPIEGEL Bar & Resto adalah nama dari kafe yang saya singgahi. Kafe ini bertempat persis di persimpangan jalan. Eksterior bangunan yang eye-pleasing sangat mengundang saya untuk masuk. Interiornya juga nggak kalah bagus. Suka deh saya sama kafe yang niat, yang nggak setengah-setengah dalam mengusung konsep dan mengaplikasikannya di setiap sudut kafe. Walaupun ya, makanan dan minumannya bisa dibilang tidak murah. Lumayan sih, buat nongki cantik gitu sambil menikmati matahari sore-nya Semarang.



Suasana di Taman Srigunting, taman tempat saya parkir, ramai sekali sore itu. Saya langsung iri. Kenapa Depok nggak punya taman seperti ini? Huh. Di sekitar taman tersebut juga ada kios-kios yang menjual barang-barang antik. Sungguh menarik, tapi apa daya dompet berkata lain :(
Setelah itu, saya memutuskan untuk pergi ke Lawang Sewu. Keputusan ini diambil setelah cukup lama dipikirkan. Banyak pertimbangan untuk ke sana, salah satunya adalah saya takut sama setan. Kalau sama teman mungkin nggak bakal setakut itu buat masuk kesana, tapi saya sendirian.. wajar dong ya takut. Sesampainya disana, ternyata Lawang Sewu sedang digunakan untuk pentas seni anak SMA. Tempatnya jadi tidak semenyeramkan yang dibayangkan. Tapi saya juga takut buat masuk-masuk lebih jauh, sih. Jadinya cuma liat-liat sebentar terus ikut nonton pentas seninya, haha. Benar-benar nggak mikir ini perjalanan, maafkan aku.


Hampir satu jam dihabiskan di Lawang Sewu. Akhirnya, saya janjian sama Alip buat pergi ke Pasar Semawis untuk makan malam sekaligus jajan-jajan. Ramai sekali ternyata sampai susah buat jalan. Ada banyak makanan yang bisa dibeli disini, mulai dari makanan tradisional sampai modern. Pilihan saya jatuh kepada Wedang Tahu yang sudah lama didambakan. Ternyata enak, teksturnya lembut dan menghangatkan tubuh. Karena letak pasar ini terdapat di daerah pecinan, kita bisa melihat beberapa budaya keturunan China yang tinggal di Semarang. Contohnya, karaoke kecil-kecilan untuk para Opa dan Oma, pijat dengan teknik dari China, dan lain-lain. Ugh, kalau saya nggak pakai jilbab dan tempat pijatnya nggak di pinggir jalan, pasti bakalan pijat disitu deh. Oma dan Opa yang lagi pijat kelihatan menikmati banget, ngiri.
Ada satu destinasi terakhir di list itinerary abal-abal yang saya sangat ingin kunjungi, yaitu Simpang Lima. Walaupun waktu sudah menunjukan pukul 9, Alip bersedia mengantar saya kesana. Waw, pilihan yang tepat. Simpang Lima ini mirip sama Alun-Alun Selatan-nya Jogja yang kalau malam ada kendaraan yang dihiasi lampu-lampu.  Tapi menurut saya, Simpang Lima lebih teratur dan lebih seru. HEHE kemudian Adhita ngomel. Disini banyak permainan yang bisa disewa oleh anak kecil maupun orang dewasa, seperti segway, hoverboard, sepeda, dll.


Jam menunjukan pukul 11 malam, akhirnya kami memutuskan untuk pulang. Hari yang sangat panjang memang, tapi lumayan karena saya sudah berhasil menghilangkan rasa penasaran saya sama beberapa tempat di Semarang.

Day 3 & 4 - Minggu & Senin
Sebenernya, saya masih memiliki dua hari lagi buat jalan-jalan. Tapi menurut itinerary abal-abal yang saya buat, semua destinasi sudah saya kunjungi. Oh, sebenarnya ada destinasi yang saya coret, yaitu sunset di Pantai Marina. Waktu saya naik GO-JEK dari Masjid Agung ke kosan Alip, drivernya bilang kalau pantinya jelek dan terlalu jauh, jadi tidak worth it.

Pelajaran ke #3: Trust the locals! Daripada saya menyesal jauh-jauh ke pantai tapi pas sampai disana malah kecewa, lebih baik percaya mas-mas driver. Terimakasih ya, Mas!

Akhirnya apa yang saya lakukan? Mendekam di kosan Alip HAHAHA. Tapi serius, hari minggu itu panasnya PUOL banget. Saya sama Alip bener-bener cuma tidur-tiduran di kosan, sambil cari cara biar gimana anginnya masuk ke dalam kamar karena anehnya kosan Alip ngga ada ventilasi. Mati gaya. Akhirnya cuma tidur-tiduran sambil ngobrol. Tolong jangan kesel! Kan udah dibilang perjalanan kurang mikir :))

Hari seninnya, sebenernya saya mau keluar buat beli Es Coklat sangat enak yang Alip kasih tau. Tapi apa daya, semarang panas banget dan tempatnya terlalu jauh untuk jalan. Akhirnya mendekam lagi di kosan Alip, sampai jam 3 sore waktunya saya siap-siap untuk pulang karena kereta berangkat jam setengah 6. Di perjalanan menuju stasiun, tak lupa pesan lumpia pakai GO-FOOD untuk diantarkan ke Stasiun Semarang Tawang, biar efisien dan nggak dua kali turun. Saya pesan di Lumpia Mataram kalau tidak salah. ENAK BANGET walaupun kurang suka bau lumpianya. Di kereta menuju Bandung, saya berkenalan sama orang yang duduk disamping saya. Ternyata, adik ini keterima SNMPTN di SBM ITB! What a coincidence! Terlihat wajahnya masih sumringah dan penuh antusiasme. Semangat-in aja deh, hahaha.
Selesai sudah perjalanan nekat dan kurang mikir ini. Emang sih, kalau dipikir-pikir lagi ini seperti perjalanan yang tidak berfaedah. Tapi sumpah, seru banget. Harus coba solo traveling! Sampai kosan, beban pikiran jadi berkurang dan saya kembali menemukan motivasi untuk menyelesaikan Tugas Akhir (walaupun tidak berlangsung lama). Akhir kata, Hany mau mengucapkan terima kasih sama Semarang, Alip, sama teman-teman yang nanyain, 'Gimana solo travellingnya? Nggak ilang (diculik) kan?' hahahaha.

See you on my next post!
- Hany

Comments

  1. Halo kak Meli! Lama tak bersua. Hehe thank you for visiting!!

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts