Mungkin Memang Tidak Ada Jawabannya

Udah lama banget nggak buka notes dan nulis buat menuangkan pikiran. Kayaknya hampir satu tahun nggak nulis. But now here I am, opening samsung notes and finally starting to write. Again. Alasan kenapa Hany pengen banget nulis lagi, salah satunya karena nonton 'Little Women'. Entah kenapa, karakter utamanya yang seorang penulis sangat menggetarkan hati. Filmnya juga membuat sadar betapa rindunya Hany akan menulis. Ya nulis aja, nggak muluk-muluk.

Banyak yang terjadi di kehidupan Hany selama setahun. Dapet kerjaan baru, patah hati (wow okay), suka sama orang, masuk akademi militer selama sebulan, mencapai berat terkurus dan tergemuk selama hidup, makan ceker, dan banyak lagi. Semuanya terjadi dalam satu tahun.

Kilas balik di Februari tahun 2019 lalu, Hany lagi jadi pengangguran. Habis keluar dari kerjaan lama di awal tahun, lalu mulai merintis usaha florist. Kalau boleh jujur, April 2019 adalah saat dimana kehidupan dimulai. 4 bulan sebelumnya, anggap aja lagi mati suri. Serius, nggak ada satupun memori yang melekat. Periode tersuram dalam hidup. I thought I was ready, but then life hit me in the head and said, "No, you aren't". Untungnya, masih ada perusahaan yang nerima Hany.

Kerja di perusahaan ini (dan ditempatkan di divisi yang sekarang) merupakan sebuah anugrah. Banyak minusnya, tapi lebih banyak lagi positifnya. Tapi ya namanya juga manusia, kadang hal negatif lebih terlihat daripada hal positifnya. Yang pasti, namanya existential crisis nggak bisa dihindari, seenak apapun kerjaan, senyaman apapun kehidupan kita saat ini.

Akhir-akhir ini, gue selalu banyak pikiran, kayak google chrome yang kebanyakan tab. Ngapain sih Han, hidup? Jadi kuli excel? Buat apa? Emangnya seneng? Emangnya sesuai dengan passion? Lagian, passion lo apa deh? Terus lo sering pergi ke luar kota, pake uang kantor, seneng gitu? Buat apa uangnya? Lo udah mulai tertarik beli Nike, katanya gak mau karena overpriced? Tau kan berapa buruhnya dibayar? Terus, tau ga tentang global warming? Tapi masih naik gojek tiap hari! Katanya mau bantu orang lain. Mau jadi solusi dari masalah sosial. Mana? Malah mentingin ke Korea.

Well. I overthink, a lot. And as a result, I often blame myself.

Tapi, barusan kepikiran.
Mungkin jawaban pasti dari semua pertanyaan itu memang nggak ada. Mungkin kita cuma bisa berusaha buat menjawab, tanpa harus benar-benar terjawab. Mungkin tujuan hidup memang untuk itu. Yeah, that sounds very tiring.

Mungkin, langkah awal yang harusnya diambil adalah: tutup banyak tab di otak biar nggak gila. Fokus sama beberapa hal aja yang benar-benar harus dipedulikan. Nggak usah terlalu fokus dengan berbuat hal-hal ethical, karena toh kalo dipikir-pikir dunia ini sudah gak ada lagi hal yang ethical. Apalagi mikirin politik di Indonesia. Apalagi mikirin politik di kantor. Jangan. Cuma nambahin beban hidup.

Intinya, sekarang lagi milih-milih problem yang bener-bener mau Hany pikirin, yang beneran aku peduliin dan mau disolusikan. I realized I have limited time and resource, therefore I couldn't (and shouldn't) give a shit about all the things that are happening/had happened. Sorting things out, one by one. Life is just a set of problems that need to be solved. And even if you solved one, there's gotta be another problem to solve.

Sometimes it's never going to be solved, and that's okay.

Comments

Popular Posts